Semua Sudah Diatur, Berbahagialah dengan Keimanan
Hujjatul Islam Imam Ghazali pernah mengingatkan: “Meski kamu ingin mengubah keadaan, namun harus sadar. Betapapun ingin kamu mengubah, tetap kalah dengan catatan yang ada di lauhul mahfudz. Harusnya kamu sadar, kamu itu siapa?”
Jadi banyak orang yang diampuni oleh Allah sebab husnuzdan (berprasangka baik). Di dalam kitab Hilyatul Auliya banyak sekali disebutkan, tidak ada ibadah yang dibenci oleh setan seperti ibadah merasa bahagia sebagai orang mukmin (yang beriman) kepada Allah.
Nabi Sulaiman itu sulit digoda setan, meski istri dan kekuasaannya banyak. Sebab sebaliknya ketika paham batasan pembicaraan burung, beliau langsung
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيْرٍ مِّنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman’. (QS an-Naml: 15)
Jadi, Nabi Sulaiman bisa menggabungkan syukur dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, yang bahkan tidak dimiliki oleh para nabi yang lain.
Dalam kitab Hilyatul Auliya diceritakan, bahwa besok ada orang yang masuk surga paling akhir, berarti dia diridhai oleh Allah. Padahal dia orang terakhir yang masuk surga. Entah setelah berapa tahun di neraka, mungkin lebih dari 1000 tahun.
Jadi, ketika akan dimasukkan ke surga, disuruh oleh Tuhan: “Masuklah ke surga, doamu sudah aku ampuni.”
Dia pun menjawab begini: “Saya malu, saya tak punya amal.”
“Sudah masuk saja,” kata Allah.
“Ini Engkau (Tuhan) tidak sedang mengejek saya, kami?” katanya. Tuhan diajak bercanda.
تَسْخَرُ بِيْ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ
Masa Engkau Tuhan semesta alam mengajak saya bercanda.
Dia tidak percaya, sebab dianugerahi surga yang mewah padahal sudah di neraka ribuan tahun karena banyaknya dosa yang ia lakukan di dunia. Setelah mendapat surga yang mewah, dia pun menerima.
لَكَ هٰذَا وَأَمْثَالُهُ
“‘Kamu Aku beri surga ini dan semisalnya.’ Untuk kedua kalinya dia masih belum percaya (menerima). ‘Yang benar saja, Tuhan tidak mengejek saya?’”
Tuhan pun menjawab, “Aku tidak mengejekmu.”
وَلٰكِنِّيْ مَا أَشَاءُ قَدِيْرٌ
“‘Tetapi Aku Maha Kuasa mewujudkan segala sesuatu yang Aku kehendaki’.”
Setelah ia bisa menerima, lalu berkata begini:
يَا اللَّهُ لَقَدْ أَعْطَيْتَنِيْ مَا لَمْ تُعْطِ مِنْ الْعَالَمِيْنَ
“‘Ya Allah, sungguh, Engkau beri saya nikmat, tidak ada yang mendapatkan nikmat seperti saya dari seluruh penghuni alam’.”
Padahal dia masuk surga paling akhir, tapi merasa orang yang paling mulia, tidak ada orang yang beruntung seperti dirinya. Tuhan suka melihat orang keliru model begini, maksudnya orang kok begitu percaya diri bahwa dia orang yang paling beruntung.
Padahal surganya dia tentu kalah kelas dengan surga sahabat Bilal dan Abu Bakar. Tapi perasaan dia surganya adalah yang terbaik. Itulah orang yang benar, maka kondisi seperti ini hakikatnya adalah yang terbaik, sebab sesuai dengan skenario Allah yang tercatat di lauhul mahfudz. Paham ya?
Baiknya memang seperti ini, maka Imam Ghazali pernah jadi fitnah besar, gara-gara pernah mengatakan:
لَيْسَ فِى الْعَالَمِ مَا هُوَ أَبْدَأُ مِنْهُ
“Alam semesta ini tak ada yang lebih baik daripada yang ini.”
Jadi alam yang sekarang ini adalah alam yang terbaik. Lalu ini jadi kontroversi karena banyak ulama yang mengkritik beliau: “Sekarang ini banyak maksiat, alam ini tidak ideal karena tidak ditunggui Nabi atau orang saleh.”
Bagaimana bisa Imam Ghazali mengatakan alam ini yang terbaik? Imam Ghazali menjawab dengan enteng: “Semua kejadian sekarang itu sesuai dengan skenario yang ada di lauhul mahfudz, dan sebaiknya alam ini memang sesuai skenario, begitu saja tidak paham.”
Kata ulama yang lain: “Ya tak perlu dikatakan begitu, malah jadi fitnah, seakan-akan kita tak perlu mengubah keadaan yang sekarang.”
Imam Ghazali hanya ingin mengingatkan: “Meski kamu ingin mengubah keadaan, namun harus sadar, betapapun ingin kamu mengubah, tetap akan kalah dengan catatan yang ada di lauhul mahfudz. Harusnya kamu sadar, kamu itu siapa?”
Indonesia tahun ini bebas kelaparan dan kemiskinan, slogan dan program seperti itu sudah ada sejak zaman Bung Karno, kamu kira baru era presiden sekarang. Kenyataannya, ya tetap begini-begini saja.
Walaupun disewakan presiden terbaik di dunia, suruh jadi presiden di Indonesia, pasti akan tetap ada masalah. Di negaranya sendiri pun tetap akan ada masalah saat memimpin. Cuma menurut syariat, jika ada masalah ya diselesaikan. Misal anakmu sakit ya diobati, meski di lauhul mahfudz sudah tertulis anakmu sakitnya sembuh jika diobati. Catatannya ya begitu, sesuai skenario. Paham ya?
Jadi saya harap kalian itu harus hidup bahagia. Bukan tanpa bahagia. Apapun masalah yang dihadapi, berbahagialah. Jika kamu tidak bahagia karena banyak hutang dan kasus, maka datanglah ke kuburan.
Ini fatwanya Imam Ghazali dalam kitab al-Ihya’: ‘Datanglah ke kuburan, lalu berteriaklah.’ Tapi jangan ketika ada orang, nanti dikira gila, datang saja ke kuburan.
Sungguh semua yang ada di kuburan itu sangat ingin hidup kembali, meski untuk satu jam saja. Semua yang telah mati ingin hidup kembali, meski hanya untuk satu jam saja. Karena mereka ingin sekali melafalkan La Ilaha Illallah.
Jadi semua orang mati itu berharap hidup kembali agar bisa beramal saleh, semua mengatakan:
قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
Mereka berkata: ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang saleh, terhadap yang telah aku tinggalkan.’ (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Jadi semua ahli kubur berharap agar bisa dikembalikan lagi ke dunia, karena berharap untuk bisa beramal saleh. Jika sudah datang ke kuburan, lalu katakanlah: ‘Ya Allah, aku berharap karena saya masih hidup, sekarang akan saya fatih dan ucapkan Laa ilaaha illallaah dan memperbanyak amal saleh’.
Setelah itu pulanglah dari kuburan, lalu bikin syukuran. Jika punya hutang maka bayarlah. Jika dalam proses perceraian, yakni bersabar bukan bercerai, kalau bercerai kamu malah tak punya istri.
Jadi orang miskin harusnya punya perhitungan : Saya miskin kok menceraikan istri, malah jadinya miskin plus duda. Kalau tidak bercerai, kan sekedar miskin. Lebih ringan mana antara miskin plus duda? Lebih parah miskin plus duda, karena bercerai jadi negatifnya dua, sudah miskin duda pula.
Tapi jika perhitungannya, hina, dimarahi terus, ya ruwet. Nanti kalau tak punya istri, statusmu malah sudah tidak punya harta, juga tidak punya istri.
Nah, sekarang ini kita punya iman. Tak punya uang tak apa asal masih punya iman. Pokoknya setan itu harus dilawan. Lawan terus sampai kamu bahagia, ini petuahnya ulama.
Maka para ulama itu selalu bahagia dan tertawa, sebab khawatir jika mengeluh akan menjadikan setan bersuka cita. Maka semua ulama, terutama nabi, itu ketika menghadapi apa saja selalu tersenyum.
Menyuruh Anas bin Malik tapi keliru (tidak sesuai). Nabi diam saja. Istri-istri Nabi protes: ‘Orang keliru kok dibiarkan saja’. Diam saja Nabi. Kata Nabi: ‘Memang ditakdirkan keliru, jika Tuhan merencanakan ia benar maka tak akan keliru.’ Kalau kamu punya pembantu keliru, pasti langsung ‘bernyanyi’. Nabi itu memang luar biasa. Nabi bisa mengamalkan ayat:
مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ وَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
‘Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.’ (QS. At-Taghabun: 11)
Tidak ada apa pun di langit dan di bumi itu kecuali itu sudah ditentukan oleh Allah. Tapi jika punya syariat, bahwa merawat istri dan menafkahinya itu wajib, sebab jika kamu mencari nafkah malah berakibat pahala, sebab melakukan perintah Allah.
Begitu juga ketika istri marah, sebab jika kamu menyabari maka akan dapat pahala, jadi dapat pahala dua ganda: pahala mencari nafkah, dan bersabar. Orang miskin tapi punya dua pahala kan luar biasa.
Jika kamu punya logika seperti itu terus maka setan akan kesal. ‘Bagaimana cara menggoda orang ini?’ Orang kok begini bahagianya, seperti Nabi Sulaiman yang kalah cerdas dengan Bilqis, yang kok begitu cerdasnya, malah berucap:
وَاُوْتِيْنَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِيْنَ
sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim)’. (QS. An-Naml: 42)
Kami pun diberi pengetahuan sebelum Bilqis, dan kami termasuk orang-orang Islam yang berserah diri kepada Allah.
Dalam ayat selanjutnya disebutkan:
وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَّعْبُدُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كٰفِرِيْنَ
‘Dan apa yang biasa dia sembah selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.’ (QS. An-Naml: 43)
Jadi apa yang Bilqis sembah selain Allah selama ini, mencegahnya untuk menyembah Allah. Bilqis itu meski cerdas tapi tidak beriman, sebab terhalang oleh kebiasaan menyembah selain Allah dalam konteks dia menyembah selain Allah. Jadi saat itu Bilqis jadi penyembah matahari, dan termasuk orang-orang kafir. Namun pada akhirnya ia pun mengakui kebesaran Allah dan menjadi muslim.
قِيْلَ لَهَا ادْخُلِى الصَّرْحَ فَلَمَّا رَاَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَّكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ اِنَّهٗ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّنْ قَوَارِيْرَ ۗقَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمٰنَ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Dikatakan kepadanya: ‘Masuklah ke dalam istana.’ Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: ‘Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.’ Berkatalah Bilqis: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.’ (QS. An-Naml: 44)
Disarikan dari kajian dan ceramah Gus Baha. (Dino Turokhisin)
Sumber : majalah Aula edisi Februari 2024