Nabi Ibrahim Diperebutkan Agama Yahudi, Nasrani dan Islam.

Permasalahan agama yang ada sejak dahulu adalah masalah klaim, tapi dari segi sosialnya. Kalau pada level kebenarannya, tentu agama itu antara haq dan batil. Nabi Ibrahim AS diklaim bahwa itu golongan kita, orang Islam. Kata orang Yahudi, 'Abraham itu beragama Yahudi.' Begitu juga orang Nasrani (Kristen), bahwa Abraham itu dari mereka.

Nama Ibrahim berasal dari dua suku kata, yaitu /b atau ab dan rahim, yang berarti ayah yang penyayang. Dalam Islam, Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi dan rasul ulul azmi. Bersama putranya, Nabi Ismail AS, merupakan peninggi pondasi Ka'bah yang menjadi kiblat umat Islam. Ibadah haji yang dilakukan umat Islam juga berasal dari ibadah spiritual yang pernah dialami Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ia juga dijuluki khalilullah (kesayangan Allah). Dalam Al-Qur'an difirmankan bahwa Islam merupakan kesinambungan dari ajaran (millah) Ibrahim.

Dalam Yahudi, Ibrahim disebut dengan Abraham, yang disebut sebagai leluhur biologis dari bangsa Yahudi dan ayah dari agama Yahudi. Sedangkan dalam Nasrani (Kristen), Abraham sangat dihormati sebagai leluhur dari Isa Al-Masih yang dianggap sebagai juru selamat.

Allah SWT berfirman: "Kami abadikan untuk Ibrahim itu (puji-an yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman." (QS. Ash-Shafat: 108-111).

Maksudnya, setelah periode kehidupan Nabi Ibrahim orang menyebut dan memuji-muji Ibrahim, Ismail dan Ishaq AS, jadi, nabi yang paling beruntung itu tiga nabi tersebut. Ishaq dalam Kristen juga dihormati, sampai banyak yang bernama Isaac. Isaac Newton itu dari kata Ishaq. Ismail dan Ibrahim juga sama-sama dihormati tiga agama.

Makanya begini, saya punya pengalaman spiritual yang tidak bakal terlupakan. Saya dulu heran betul, kenapa Allah memuji Nabi Ibrahim sederhana sekali:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (QS. Ali Imran: 67)".

Menurutku itu bukan suatu pujian yang luar biasa. Misalnya kamu memuji Rukhin, "Rukhin bukan preman dan bukan bajingan.". Itu kan salah, hebatnya mana? Semestinya pujian itu seperti, "Alim, allamah atau wali.". Tapi ini tidak. "Rukhin itu bukan bajingan dan bukan preman.". Allah memuji Nabi Ibrahim dengan kalimat, "Ibrahim itu bukan Yahudi dan Nasrani.".

Dulu saya merasa janggal. Tapi setelah saya pergi ke Jerussalem, Bethlehem, dan Hebron, ternyata makam Nabi Ibrahim dekat dengan Sinagoge (tempat ibadah orang Yahudi), karena Hebron itu kota bersama. Jadi kakinya ada di Sinagoge dan kepalanya ada di masjid. Sedangkan makam Nabi Ishaq itu total (semua) di Sinagoge. Begitu juga Nabi Dawud (King David), itu total makamnya di dalam Sinagoge.

Artinya, satu-satunya penyelamat dan penegas Ibrahim seorang muslim, adalah karena dimaklumkan dalam Al-Qur'an: "Ibrahim tidak Yahudi dan juga tidak Nasrani.". Karena secara letak makam, berada di negara Israel yang sekarang mayoritas Yahudi. Jadi bisa saja orang Israel bilang: "Agamaku ini ya agama Ibrahim, buktinya makamnya berada di Israel, yang mayoritas Yahudi.".

Makanya, sekali-kali kalau punya anak perempuan beri nama Sarah. Sarah itu kasihan, karena Yahudi lebih merasa berhak mengklaim Ibrahim itu dari mereka. Sehingga Sarah itu identik nama Yahudi apa Islam? Yahudi. Padahal sebenarnya Sarah itu Yahudi apa Muslimah? Ya, Muslimah. Lha, wong istrinya Nabi Ibrahim.

Tapi jarang sekali dari kita yang memberi nama anak kita Sarah. Coba kalau banyak muslimah yang pakai nama Sarah itu bisa jadi ning atau bu nyai. Tapi kebanyakan yang pakai nama Sarah itu non muslim.

Begitu juga Daniyal atau Daniel. Daniel itu nama nabi. Nabi Yusya di barat jadi Yoshua. Tapi apakah kamu berani memberi nama anakmu Yoshua. Pasti takut nanti dikira non muslim. Padahal Daniel atau Yoshua itu nama nabi. Jadi banyak sekali nama nabi yang diambil kubu sebelah.

Nah, agama itu mulai dulu itu masalah klaim, tapi di sosialnya. Kalau dalam level kebenaran tentu agama itu antara haq dan batil. Tapi kalau dalam level sosial itu masalah klaim. Klaim bahwa Ibrahim itu orang Islam. Kata orang Yahudi, Abraham itu dari mereka, begitu juga orang Nasrani.

Sebab perdebatan tiga agama tersebut, maka diputuskanlah bahwa Jerussalem, Hebron, dan Bethlehem itu dianggap kota internasional, kota bersama tiga agama. Sehingga di sana, ada makam nabi yang terkadang kakinya di masjid, kepalanya di Sinagoge, pokoknya setengahan.

Begitu juga satu bangunan, seperti Masjidil Aqsa di Jerussalem. Tembok sebelah yang satu dipakai tembok ratapan oleh umat Yahudi. Tembok yang sama sebelahnya dipakai sebagai masjid. Itu dalam satu tembok, bukan dua tembok. Makanya tiga agama ini sebenarnya unik. Bermusuhan tapi titik keramatnya itu ada di satu tempat yang sama, yaitu sekitar Jerussalem.

Semuanya beribadah dan berdoa di situ. Jadi kalau berdoa terdengar oleh umat sebelah. Lha, wong saya pernah di tempat tembok ratapan orang Yahudi. Saya bisa kesitu pakai peci dan istri pakai jilbab juga tak masalah, karena menjadi tempat wisata.

Nah, jadi satu-satunya yang bisa membuat yakin umat Islam bahwa Ibrahim itu tidak Yahudi dan Nasrani adalah firman Allah dalam Al-Qur'an, walaupun secara fisik makamnya berada di kawasan Yahudi.

Nabi Dawud (King David) lebih parah lagi. Selimutnya itu bintang kejora semua. Bahkan kalau ziarah ke sana harus berpenampilan ala Yahudi dulu. Nah, disinilah pentingnya diplomasi politik, jangan sampai makam itu terserah otoritas yang berkuasa.

Andaikan Indonesia yang menang wahabi, mungkin di pemakaman para wali ditulisi "Awas bahaya, pusat kemusyrikan." Karena yang menang adalah Ahlussunnah wal Jamaah, maka jadi tempat ngalap berkah dan tawassul.

Lha, ini yang kita khawatirkan, Ibrahim mengalami seperti itu. Andaikan dulu yang menang dan berkuasa adalah Umar bin Khatthab dan Shalahuddin Al-Ayyubi, dan tidak terkalahkan lagi, mungkin makam Nabi Ibrahim tidak ada lagi di seputar Sinagoge.

Tapi sekarang tidak, karena sekarang dikuasai dunia internasional, kaki beliau (Nabi Ibrahim) ada di Sinagoge dan kepala beliau di masjid. Makam Nabi Ishaq dan Nabi Ya'qub malah total semua di Sinagoge. Karena nama lain Nabi Ya'qub adalah Israil, lengkapnya Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim, dan Ya'qub itu punya anak yang bernama Yahuda, yang pengikutnya sekarang disebut Yahudi. Nama lengkapnya Yahuda bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Yahuda punya 10 saudara kandung dan dua saudara tiri seayah, yaitu Nabi Yusuf dan Bunyamin.

Dan, di antara mereka yang nasibnya yang paling beruntung adalah Nabi Yusuf, dan dihormati umat dari agama Islam, Kristen maupun Yahudi. Makanya banyak nama Yosef/Yosep pada orang Yahudi/Kristen. Begitu juga orang Islam juga banyak yang bernama Yusuf. Kalau dibandingkan mungkin seimbanglah.

Makanya saya berpikir, perdebatan sejarah itu pasti mengacu pada keturunan atau komunitas. Nabi Ibrahim itu berdasarkan pendapat yang dari keturunan (bani) Ismail itu lahirnya di Palestina, Syam. Lalu bersama Ismail dan ibunya, Hajar, pindah ke Makkah.

Ketika orang Islam juga mengklaim agama Ibrahim adalah Islam, orang Yahudi mencibir, "Kamu kok bisa bilang agama Ibrahim itu Islam, alasannya apa? Kita ini yang penerus Ibrahim, karena kita orang Yerussalem (Palestina)," kata orang Yahudi. Lalu Nabi Muhammad memberi penjelasan, sebagaimana yang diajarkan Allah, "Ibrahim itu pernah hidup di Makkah, buktinya di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, di antaranya maqam Ibrahim. Jejak kaki dan sejarahnya juga ada di situ. Hajar, istrinya juga pernah berlari-lari dari Shafa dan Marwah untuk mencari sumber air, sehingga muncul air zam-zam yang airnya tak pernah kering hingga sekarang.

Ibrahim dan Hajar ini punya anak yang bernama Ismail, yang disebut Abul Arab (bapak orang Arab). Jadi yang punya julukan Abul Arab itu Nabi Ismail, bukan Nabi Ibrahim. Kenapa kok bukan Nabi Ibrahim? Karena Nabi Ibrahim sudah dijuluki Abul Syam (bapak orang Syam).

Ibrahim itu masih milik bersama, kalau yang benar-benar hidup hingga meninggal di Makkah itu Nabi Ismail. Maka dulu terjadi perdebatan antar peneliti agama.

Lalu permasalahannya, orang Yahudi yang di Palestina tetap mengklaim bahwa mereka keturunan Ibrahim dan menduga Ibrahim adalah golongan Yahudi. Dan Islam juga menganggap bahwa Nabi Ibrahim itu muslim. Ya, sudah seperti itu nasib agama, akan begitu terus sampai kiamat.

Tapi kita sebagai muslim harus percaya bahwa Ibrahim itu bukan Yahudi dan bukan Nasrani, karena itu sudah difirmankan oleh Allah azza wajalla dalam Al-Qur'anul Karim, walaupun secara fisik atribut atau makamnya sekarang dikuasai Yahudi Israel. Jadi gampangnya, andaikan Nabi Ibrahim makamnya ada di Indonesia, maka akan diselimuti dengan tulisan ayat kursi, pasti aman dan dianggap Islam, karena mayoritas penduduknya Islam. Tapi karena dimakamkan di Israel makanya diselimuti bintang kejora biru, yang menjadi simbol Yahudi Israel. Maka, mau tidak mau ada perebutan otoritas politik.

Dahulu Sayyidina Umar kukuh ingin menaklukkan Romawi karena menguasai Palestina. Setelah berhasil akhirnya di makam Nabi Ibrahim didirikan masjid yang dinamakan Masjid Umar. Jadi yang pertama menaklukkan Yerussalem sebelum Shalahuddin Al-Ayyubi adalah Khalifah Umar bin Khatthab. Tapi itu tidak lama, Islam kalah lagi. Baru menang lagi pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi. Lalu kalah lagi. Sekarang jadi kota modern yang dikelola secara internasional dan dianggap sebagai kota suci tiga agama.

Jadi, kita beriman sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur'an saja, tidak usah melihat bukti fisik. Karena kalau bukti fisik, beberapa nabi makamnya di Israel yang statusnya mayoritas beragama Yahudi.

Mengenai Yahudi, jika salah memahami, maka berakibat fatal. Karena meski keturunan Yahudi digambarkan orang yang pintar tetap saja kalah kalau berhadapan dengan Allah SWT. Karena ini sekali lagi salah fatal. Yahudi itu apa? Yahudi itu nama agama atau marga atau sekte?

Jadi, Yahudi itu berasal dari nama orang yaitu Yahuda bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Yahuda ini adalah saudara seayah Nabi Yusuf, yang karena merasa dengki lalu berencana menyingkirkan Nabi Yusuf. Yahuda ini orang baik, saat saudara yang lain punya usul agar Yusuf dimusnahkan. Yahuda berpendapat, "Jangan dibunuh, karena terlalu besar dosanya, kita buang saja." Hingga akhirnya dimasukkan ke dalam sumur. Hal ini penting untuk saya jelaskan. Jadi, Yahudi itu bisa diartikan sebagai marga atau keturunan dari Yahuda bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Jadi kalau Yahudi itu diartikan sebagai marga atau keturunan Yahuda bin Ya'qub, maka orang yang bermarga Yahudi bisa jadi seorang muslim yang baik, bisa juga beragama Yahudi atau Nasrani, atau bisa juga orang atheis (tidak beragama).

Sedangkan Yahudi sebagai agama, diceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah didebat oleh kelompok Yahudi. Nabi SAW ditanya, "Muhammad, agamamu ikut siapa?" Nabi SAW menjawab, "Saya ikut Nabi Ibrahim."

Sepintar-pintarnya orang itu Yahudi sudah terlanjur bakat cerdas, tapi kalau melawan Tuhan tetap kalah. Kata Yahudi, "Berarti kamu harus hormat saya Muhammad, karena panutan kamu Ibrahim saja pengikut Yahudi."

Nabi Muhammad sangat senang sekali, karena mereka kelihatan bodohnya. Jadi terkadang orang pintar sekalipun akan kelihatan bodohnya. Nabi SAW lalu tertawa. Jadi mereka kelepasan bilang bahwa Ibrahim itu Yahudi. Padahal yang nama Yahudi itu berasal dari cicitnya Nabi Ibrahim, yaitu Yahuda bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Lha, iya kan aneh kalau Nabi Ibrahim pengikut Yahudi, padahal Yahuda itu cicitnya Nabi Ibrahim. Kan tidak mungkin kalau Mbah Hasyim Asy'ari itu itu penggemar Gus Dur, padahal Gus Dur itu adalah cucunya Mbah Hasyim Asy'ari. Tidak bisa dipercaya kalau ada yang mengatakan bahwa Mbah Munawir itu pengikut Gus Najib.

Allah itu Maha Kuasa, sepintar apapun orang kalau salah pasti kelihatan buruknya. Wallahu a'lam bish-shawab.

Diuraikan dari ceramah Gus Baha (Dino Turoichan)

Sumber : majalah Aula edisi November 2023